Monday, July 27, 2015

3rd post: Sederhanakanlah dalam berbicara, nak!

Nak, abah kenal dengan banyak sekali tipe manusia. Abah juga yakin ade juga mengamati tipe-tipe manusia itu. Ada yang begini, ada yang begitu. Ada yang pendiam & bicara seperlunya, ada yang senang sekali bicara. Apa pun bisa dia jadikan topik bicara. Entah itu topik yang menarik buat lawan bicara nya atau pun cuma dia yang heboh sendiri.

Dari tipe-tipe yang kau temui mana yang menjadi tipe-mu abah belum tahu nak. Tentu saja abah belum bisa tau, jangankan mendengarmu berceloteh, rupamu saja abah belum lihat nak! Iya, karena saat abah tulis tulisan ini ade baru berusia 8 minggu di perut ambu. :-D

Meski begitu, kelak, saat ade sudah bisa berbicara dan membaca tulisan ini, abah ingin ade mencamkan beberapa hal tentang komunikasi:

1. Jadilah pendengar yang baik. Karena tak akan lahir seorang pembicara yang baik dan dihormati perkataannya kecuali dia adalah pendengar yang baik. Seandainya engkau sudah jadi pembicara yang banyak orang ingin mendengar mu bersuara, tetaplah pasang telinga mu untuk mendengar nasihat dari siapa pun! Dari junior atau bahkan dari anak kecil sekalipun. Jika tidak, sungguh kau sudah tergelincir ke kubangan sombong. Takut pada Allah dan bertaqwa lah! Buka telingamu lebar-lebar saat nasihat-nasihat dilemparkan atasmu dan ambillah kebenaran itu meski mengusik rasa besarnya diri. Benci dan buanglah rasa jumawa dalam dada meski sebesar dzarrah!

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ. (رواه مسلم)


Sesungguhnya Allah indah dan suka keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Muslim)

2. Perhatikanlah, sesungguhnya karena lisan, seseorang bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat berbicara dengan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ  كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ  ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.

“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya,“Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda,“Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih)

3. Sederhanalah dalam berlisan, nak! Jangan pernah sekalipun berkata yang tidak benar adanya! Jangan pernah sekalipun menambah atau mengurangi dari hal yang seharusnya, bahkan "sekedar" agar terlontar dari lisanmu kisah yang dramatis. Hendaklah ade berpikir dulu sebelum berbicara. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ

Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi no. 2484)

Semoga Allah menganugerahkan padamu lisan yang selamat lagi menyelamatkan: terjaga dari menyakiti dan menjadi perantara hidayah bagi saudaramu yang lain!

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat: 33)

Jangan lupa senantiasa berdoa sepertihalnya Nabi Musa As. berdoa yang diabadikan dalam surat Taha:
 

No comments:

Post a Comment